UMKM BUDIDAYA JAMUR TIRAM DESA MRAWAN YANG MENGALAMI PENURUNAN

Desa Mrawan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember. Desa mrawan memiliki luas wilayah kurang lebih sekitar 1,279.55 Km2 yang terdiri dari 5 dusun, yaitu : Dusun Lengkong Barat, Lengkong Toko, Gumuk Suda, Rowo, dan Pringtali. Jumlah keseluruhan RT di Desa Mrawan sebanyak 56 RT, sedangkan untuk jumlah RW sebanyak 18 RW. Dengan kondisi wilayah masih tersebut dominan dipenuhi oleh lahan panen, diikuti dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Mrawan adalah petani dan perkebunan.

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi yang diselenggarakan oleh 13 Universitas se-Jember yang saling berkolaborasi memiliki tujuan, selain sebagai sarana untuk memenuhi standarisasi kurikulum yang sudah diprogram oleh pihak universitas, KKN Kolaborasi juga

memiliki tujuan memberikan sebuah pengalaman secara langsung kepada mahasiswa bagaimana bekerja langsung terjun ke masyarakat. Selama masa KKN, mahasiswa diberikan tugas untuk membantu, merangkul, serta mengayomi masyarat di desa yang masih belum berkembang. Dengan bermodalkan pengetahuan dan pemahaman yang telah diberikan sebelum pelaksanaan KKN. Selain mendapatkan tugas dari pihak Pemerintahan Kabupaten Jember, disini mahasiswa diwajibkan untuk membuat sebuah program kerja yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 35 hari, program kerja ini disusun dengan berdasarkan analisis mahasiswa dari hasil survey kondisi desa tersebut dengan pendampingan dari pihak Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang akan memberikan arahan terhadap tugas – tugas yang dilaksanakan oleh mahasiswa terhadap desa yang dituju.

UMKM Budidaya Jamur Tiram di Desa Mrawan yang dikelola langsung oleh Bapak Nafi Indra Kurniawan, atau biasa dipanggil Bapak Nipi. Budidaya tersebut telah berdiri sejak tahun 2010, pada awalnya beliau bekerja di kebun area sekitar rumahnya. Dikarenakan pada saat itu, budidaya jamur sedang naik-naiknya, akhirnya beliau memutuskan untuk mulai belajar budidaya jamur tiram dan akhirnya pada tahun 2010, beliau memulai UMKM jamur tiramnya sendiri.

Namun, sejak awal wabah Covid-19 sampai sekarang budidaya jamur tiram Pak Nipi masih terus mengalami penurunan. Selain dikarenakan semua lini usaha mengalami masa sulit selama

Covid-19, penyebab utama penurunan budidaya jamur tiram beliau adalah mahalnya harga bahan baku, sehingga meningkatnya harga produksi dari janur tiram tersebut. Namun, harga pasar dari jamur tiram sendiri masih ditempat yang sama sehingga penghasilan yang didapatkan menurun secara drastis. Hal itu juga mengakibatkan pekerja budidaya jamur tiram memutuskan untuk berhenti dikarenakan dampak dari naiknya harga produksi serta harga pasar jamur tiram yang masih sama menyebabkan pendapatan dari pekerja menurun. Selain masalah harga produksi yang semakin mahal, munculnya hama gurem dan tikus yang masih sulit untuk ditanggulangi dan sangat mempengaruhi produktivitas budidaya jamur tiram milik Pak Napi. Sampai saat ini, beliau masih berupaya untuk menangani hama tersebut.

Search