Beragam Cerita Sejarah, Wawancara KKN Kelompok 12 UM Jember Mengenai Peninggalan Megalitikum

      Ketika mendengar nama Arjasa, untuk beberapa masyarakat Kabupaten Jember pasti tidak asing dengan wisata sejarahnya yang berada di Desa Kamal, Arjasa, Jember tepatnya Situs Duplang yang memiliki banyak peninggalan sejarah sejak zaman Megalitikum.

      Selama ini, situs peninggalan jaman purba banyak diabaikan sehingga KKN Kelompok 12 Universitas Muhammadiyah Jember mencoba menggali informasi tentang peninggalan tersebut. “Ini untuk menambah wawasan generasi muda saat ini apalagi berkaitan dengan sejarah yang ada di Indonesia.” ujar Ari Amirudin, Ketua Kelompok KKN 12. Melalui wawancara yang dilakukan oleh kelompok 12 KKN UM Jember bersama seorang juru pelihara yang bernama bapak Abdurahim, Selasa, (24/8/2021), .

      “Dinamakan situs Duplang karena lokasi penemuannya di Dusun atau Pedukuhan Duplang” ujar lelaki yang kerap disapa Sudarman tersebut. Dalam situs Duplang yang ada di Desa Kamal terdapat tiga batu temuan, diantaranya: menhir, kenong, dan dolmen. Pada jaman dulu, Menhir digunakan untuk pemujaan oleh orang purba. Kalau batu kenong kembar ini, lanjut Sudarman, batunya satu tapi kenongnya dua, jadi kalau kenongmya ini menghadap ke utara ini menunjukkan dolmen dan ke selatan demikian juga, sedang kalau kenong tunggal merupakan tempat pemujaan arwah leluhur jadi tidak sama itu fungsinya. “Dolmen juga difungsikan hampir sama dengan Menir, yaitu sebagai tempat pemujaan atau meletakkan sesaji.”

      Situs tersebut munculnya pada abad 6 pada zaman Megalitikum dan mulai dilindungi undang-undang sejak tahun 1985. “Sejak saat itu saya diangkat menjadi Jupel (juru pelihara), jadi pekerjaan saya ini merawat,menjaga,melindungi sejak tahun 1985, “ ucapnya. Harapan Sudarman sebagai Jupel, ia berharap situs duplang ini bisa dijadikan museum terbuka oleh pemerintah. “Pengunjung yang datang dapat belajar mengenai sejarah dari peninggalan peradaban purba.”

Search